Pages

Fenomena Fashion di Kalangan Anak Muda

Pada jaman yang serba canggih seperti saat ini, kita berada dalam dunia Trend dimana apabila kita tidak mengikuti apa yang dikatakan Trend saat ini akan dianggap kuno, ndeso, dan ketinggalan jaman. Kalau anak muda sekarang menyebutnya Kudet.

Perkembangan dunia Fashion pun terus mengalami berbagai perubahan, dimana ada yang model jadul (jaman dulu) yang diangkat lagi ke permukaan, sehimgga dijadikan Trend masa kini. Namun tidak sedikit pula model-model baru yang ditawarkan kepada anak muda sekarang ini.

Perbedaan mencolok terlihat pada perkembangan trend fashion antara laki-laki dan perempuan pada tahun 2013 ini. Model fashion untuk para kaum adam sekarang ini menurut saya jadi tambah keren karena saya sendiri adalah seorang laki-laki, haha. Berbanding terbalik dengan model fashion untuk para kaum hawa, semakin pesat perkembangan fashion saat ini justru bukan semakin anggun malah semakin memamerkan bentuk tubuh mereka dengan model pakaian saat ini yang semakin lama semakin irit bahan. Yang saya maksud dengan irit bahan adalah pakain yang semakin minim dan ketat. Entah dengan alasan apa para oknum yang dapat membuat anak muda jaman sekarang tunduk akan trend yang mereka cekokkan meskipun menurut saya mereka mengikuti trend tersebut karena alasan tidak ingin ketinggalan jaman.

Mereka, para kaum hawa yang mengikuti trend sekarang ini apakah merasa nyaman mengenakan pakaian yang irit bahan tersebut? Inilah yang menjadi permasalahan realitas yang perlu dicaritahu. Seperti yang kita tahu, pakaian adalah salah satu dari tiga kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, dan papan. Fungsi sebenarnya dari pakaian pasti kita sudah pasti tahu, seperti: menutupi bagian tubuh kita agar tidak kepanasan, menutup aurat, menghangatkan tubuh kita, dll. Namun trend saat ini justru sudah tidak mengindahkan fungsi sebenarnya dari pakain yang sudah saya sebutkan tadi. Para kaum hawa dipaksa mengenakan pakain yang justru menurut saya menyiksa mereka diaman saya sering mendapati para wanita yang sedang mengendarai motor pada cuaca yang sangat dingin, bukannya dia memakai pakaian yang hangat malah hanya mengenakan Hot pants, yang notabene adalah sperti celana pandek yang panjangnya hanya sekitar setengah paha mereka. Saya berpikir apa mereka tidak kidinginan dengan memakai pakaian yang seperti itu.

Fashion juga dipengaruhi oleh para artis ibukota, dan artis luar negeri yang sedang naik daun. Atau sekarang kita sudah diracuni oleh Korea yang leawat Boy band, dan Girl Band-nya dapat membuat para kaula muda terbius dengan kecantikan dan ketampanan mereka dan ingin menjdi seperti mereka dengan meniru apa saja yang mereka kenakan. Media massa khususnya Televisi, dan internet juga memiliki andil besar dalam menyalurkan informasi tentang trend masa kini kepada khalayak muda.

Seperti dalam teori Hiper Realitas yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard, dia adalah sosiolog teori Postmodern paling radikal dan menimbulkan banyak amarah dalam genre ini ( Ritzer, 2009 : 676). Jean Baudrillard melihat masyarakat kontemporer atau masyarakat saat ini tidak lagi didominasi oleh produksi, namun oleh media, model sibenertika dan sistem pengendali informasi hiburan dan industri pengetahuan telah dan lain sebagainya. Dapat dikatakan masyarakat telah bergeser dari masyarakat yang didominasi oleh mode produksi menuju masyarakat yang dikontrol oleh Kode Produksi. Tujuannya telah beralih dari eksploitasi dan laba ke arah dominasi oleh tanda dan sistem yang menghasilkannya ( Ritzer, 2009 : 677).

Cara lain yang ditempuh Baudrillard, menggambarkan dunia postmodern bahwa dunia ini ditandai oleh simulasi, ketika pemisahan antara tanda dengan realitas mengalami implosi, sulit memperkirakan hal hal yang riil dari hal hal yang menyimulasikan hal hal riil ( Ritzer, 2009 : 678).

Baudrillard menggambarkan dunia ini sebagai Hipperealitas. Sebagai contoh, media mulai tidak lagi menjadi cermin realitas melainkan menjadi realitas atau bahkan lebih riil dari realitas ( Ritzer 2009 : 678 ).

Hipperealitas adalah efek, keadaan atau pengalaman kebendaan dan atau ruang yang dihasilkan dari proses tersebut ( Piliang, 2003 : 150 ). Baudrillard mengungkapkan bahwa apa yang direproduksi dalam dunia hiperealitas tidak saja realiitas yang hilang, tetapi juga dunia tak nyata : fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau science fiction. Hipperealitas adalah duplikat atau kopi dari realitas yang didekodifikasikan ( Piliang, 2003 : 152).

Dalam teori Jean Badrillard yang bernama Simulasi, kita seperti sudah ditentukan oleh para oknum akan seperti apa dan akan akan bagaimana nantinya. Pada awalnya kita tahu bahwa peta dibuat karena adanya wilayah, namun pada jaman yang serba mudah ini justru petalah yang mendahului wilayah. Ini bukan lagi masalah imitasi, tiruan atau penggandaan, tetapi tentang dunia nyata, realitas yang telah diganti oleh tanda-tanda yang nyata bagi yang nyata, peta menjadi mendahului wilayah. Ada empat tahap dalam penyempurnaan dari pergeseran realita yang membuat kita lupa akan fungsi sebenarnya dari suatu realita. Pada tahap pertama, It is the reflection of a basic reality (Citra adalah cermin dasar realitas). Realitas hanya dicuplik dalam suatu teknik representasi. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang ada dan dipahami secara budaya pada pertukaran bahasa dan berbagai sistem tanda atau tekstual. Reperesentasi adalah bentuk kongkrit yang diambil oleh konsep abstrak. Beberapa diantaranya biasa atau tidakkontroversial. Contohnya dalam dunia fashion adalah, pakaian yang semula dipakai karena ingin menutupi badan, justru para kaula muda jaman sekarang memakai pakaian karena ingin dianggap keren.

Kedua,It masks and perverts a basic reality (Citra menyembunyikan dan memberi gambar yang salah akan realitas). Tahap ini memungkinkan citra melakukan distorsi terhadap realitas. Contohnya dalam dunia fashion sekarang adalah banyak para ibu-ibu dan bapak-bapak yang memakai pakaian yang sedang trend di kalangan anak muda karena ingin dianggap masih muda.

Ketiga, It masks the absence of a basic reality (Citra menutup ketidakadaan [menghapus] dasar realitas). Pada tahap ini pencitraan mulai secara perlahan menjauhi realitas. Realitas tidak muncul dalam pilihan-pilihan representasi dan disembunyikan atau ditutup-tutupi, tetapi benar-benar dihapus. Contohnya dalam dunia fashion saat ini adalah para kaula muda memakai pakaian yang sedang trend karena ingin dianggap gaul, up to date, dsb.

Keempat, It bears no relation to any reality whatever;  it is its own pure simulacrum. (Citra melahirkan tidak adanya hubungan pada berbagai realitas apapun; citra adalah kemurnian simulakrum itu sendiri). Contohnya dalan dunia fashion adalah ketika orang berbondong-bondong pergi ke Mall dengan alasan shopping baju karena ingin dianggap orang-orang sebagai orang kaya.

Pada paparan diatas, dapat saya katakan bahwa dunia fashion pada tahun 2013 ini, sudah meninggalkan jauh sekali fungsi sebenarnya dari pakaian itu sendiri. Kita tidak bisa apa-apa karena apabila kita menentangnya akan dijauhi, dan kita mau tidak mau harus mengikuti trend tersebut. Namun dalam mengikiti ternd saat ini haruslah selektif. Saya sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban untuk memakai pakaian yang semesetinya seperti yang diajarkan oleh agama saya.

DAFTAR PUSTAKA

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Bandung : Jalasutra.

Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Fast Fashion dan Pelajaran Mengenai Ketidaksejahteraan Buruh di Bangladesh

Dominasi kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang diterima dan diimplementasikan secara global saat ini telah membuahkan fenomena economically constructed culture, sehingga mengkonstruksikan budaya konsumerisme masyarakat sebagai sesuatu hal yang lumrah. Masyarakat memiliki tendensi untuk membeli barang-barang yang mereka tidak butuhkan, terutama dalam sektor pakaian yang terus mengalami pergantian tren dan gaya.

Akan tetapi, budaya konsumerisme terhadap aspek pakaian di masa kini banyak dikritisi oleh para aktivis buruh sebagai suatu fenomena fast fashion,di mana tren pakaian yang terus berganti memicu masyarakat untuk lebih konsumtif dan terus membeli pakaian, meski di saat mereka tidak membutuhkannya sekalipun. Mayoritas pola konsumerisme para pecinta gaya pakaian pun hanya mementingkan tren dan harga pakaian yang semurah mungkin. Padahal bila harga suatu pakaian semakin murah, maka semakin murah pula upah yang dibayarkan kepada buruh industri pakaian yang memproduksinya. Akan tetapi ironisnya, aspek-aspek fundamental seperti kesejahteraan buruh yang memproduksi pakaian-pakaian tersebut diabaikan dan bukanlah faktor determinan penting masyarakat dalam membeli pakaian.

Berbicara mengenai kasus kesejahteraan buruh pakaian, Bangladesh merupakan  salah satu dari banyak negara yang cukup dikenal dengan kekurangan kesejahteraan buruh pakaiannya. Rendahnya kesejahteraan buruh pakaian Bangladesh sejatinya merupakan paradoks, mengingat Bangladesh memiliki penghasilan yang sangat tinggi dari bidang industri pakaian. Sektor garmen adalah lahan kehidupan bagi masyarakat Bangladesh, semenjak beralihnya lahan-lahan pertanian menjadi industrialisasi pabrik-pabrik garmen pakaian di negara yang dihuni oleh kurang lebih 168 juta penduduk ini. Bangladesh merupakan industri pakaian terbesar kedua di dunia, yang menyuplai merek-merek pakaian perusahaan multi-nasional barat. Industri garmen Bangladesh selama ini telah menghasilkan produk-produk pakaian yang diekspor ke negara di berbagai belahan dunia.

Tidak heran, industri garmen merupakan penghasil terbesar ekspor Bangladesh yang setiap tahunnya yang bernilai sekitar Rp 194 triliun dan merupakan 79 persen dari pendapatan negara tersebut. Lebih dari 3,2 juta orang bekerja di sektor ini dalam 5000 pabrik garmen yang tersebar di seluruh daerah Bangladesh. Bahkan industri pakaian Bangladesh disebut-sebut sebagai contoh sukses dalam konteks pemberdayaan perempuan, karena sekitar 80 persen pekerja industri pakaian di Bangladesh adalah perempuan. 

Pertumbuhan ekonomi Bangladesh karena prestasinya dalam bidang industri pakaian membuat Bangladesh digolongkan sebagai salah satu dari contoh negara berkembang dengan keberhasilan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) nomor 1, yaitu penghapusan kemiskinan ekstrim yang paling sukses di dunia.

Paradoks Di Balik Pertumbuhan Ekonomi Berbasiskan Industri Pakaian

Umumnya kita memiliki asumsi kapitalistis bahwa bila sebuah negara mengalami pertumbuhan ekonomi, maka secara tidak langsung kepentingan dan kesejahteraan masyarakat secara individual dalam berbagai bidang pekerjaan pun akan turut terakomodir dan terpenuhi secara ideal. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah harus melakukan liberalisasi ekonomi agar mempermudah masuknya arus investasi asing yang meningkatkan produktivitas ekonomi negara. Jumlah masyarakat yang terjebak kemiskinan pun akan semakin menurun, dengan banyaknya arus investasi asing dalam bentuk FDI (Foreign Direct Investment). 

Tetapi bila ambisi pemerintah Bangladesh hanya terbatas pada pertumbuhan ekonomi untuk menghapuskan kemiskinan ekstrim saja, maka sesungguhnya ambisi pertumbuhan ekonomi ini telah mengabaikan aspek-aspek lain yang merepresentasikan keamanan manusia/human security dalam konteks kesejahteraan para buruh industri pakaian yang sesungguhnya memiliki peranan besar dalam keberhasilan ekonomi Bangladesh.

Pada akhirnya, kita bisa melihat meningkatnya pertumbuhan ekonomi Bangladesh berbasiskan industri pakaian dan kurangnya kesejahteraan dari para buruh industri pakaian Bangladesh sebagai sebuah paradoks. Bangladesh adalah negara dengan populasi penduduk yang padat. dengan usia kerja/di bawah usia kerja yang terbesar di dunia. Hampir 70 persen dari 150 juta total populasi masyarakat Bangladesh berada di bawah usia 35 tahun. Situasi demografis yang padat penduduk ini pun memungkinkan Bangladesh untuk mendapatkan privilise demographic dividend atau dividen demografi, di mana kombinasi dari biaya hidup yang murah dan padatnya jumlah populasi penduduk akan menghasilkan sangat rendahnya biaya upah buruh industri pakaian yang harus dijamin dan dibayar oleh para industri pakaian di Bangladesh.

Meskipun begitu, upah buruh pakaian terhitung sangat kecil sehingga tidak dapat memenuhi tingkat kesejahteraan buruh yang layak. Bangladesh sendiri adalah negara di urutan kedua dengan upah termurah bagi pekerja garmen sebesar US$ 0.25 per jam. Rendahnya upah buruh industri pakaian di Bangladesh tersebut merupakan cerminan dari buruknya kesejahteraan buruh industri pakaian di Bangladesh. Sehingga pada akhirnya, para buruh industri pakaian di Bangladesh kesulitan untuk memenuhi kehidupan fundamental keluarga sehari-harinya seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pengobatan,dan pendidikan.

Isu buruknya kesejahteraan buruh industri pakaian di Bangladesh sendiri bukanlah sebuah fenomena baru dan tidak kunjung selesai sejak mulai muncul ke permukaan di tahun 1990-an. Kasus pabrik Tazreen Fashions Garment yang terbakar pada 24 November 2012 menewaskan 112 orang adalah bukti bahwa kesejahteraan dan keselamatan kerja di Industri garmen Bangladesh dipertanyakan. Salah satu kasus signifikan mengenai buruknya kesejahteraan buruh industri pakaian adalah insiden rubuh dan ambruknya bangunan pabrik dan pusat perbelanjaan Rana Plaza Pada pagi hari tanggal 24 April 2013 yang memakan korban jiwa lebih dari 1.100 buruh dan ratusan korban luka-luka. 

Insiden ini berimplikasi pada meningkatnya aktivisme buruh pakaian Bangladesh yang seringkali melakukan demonstrasi terhadap pemerintah dan perusahaan multi-nasional guna memenuhi tuntutan mereka. Sudah tiga tahun berlalu dan nyatanya para buruh korban insiden Rana Plaza belum mendapatkan kompensasi yang adil dan selayaknya diberikan baik oleh pemerintah setempat atas lalainya supervisi dan proteksi mereka terhadap kaum buruh, maupun perusahaan selaku pihak pemilik kapital yang secara implisit melakukan pembiaran terhadap kondisi buruh yang tidak layak.

Peran Kita Sebagai Konsumen - Pakaian Sebagai Perwujudan Prinsip

Isu mengenai kesejahteraan buruh di Bangladesh hanyalah salah satu contoh dari banyak kasus serupa di banyak negara berkembang lainnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada lebih banyak kasus seperti Rana Plaza di masa depan, terutama di negara penuh investasi industri pakaian seperti Indonesia. Keterlibatan Indonesia dalam Komunitas Ekonomi ASEAN dan potensi penandatanganan Trans-Pacific Partnership diharapkan mampu membawa lebih banyak investasi di Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi.

Akhir kata, kita hanya bisa berharap bahwa proliferasi investasi di era perdagangan bebas diiringi dengan pemastian keselamatan dan kesejahteraan buruh. Jika ada insiden di masa mendatang mirip dengan yang terjadi di Rana Plaza, pemerintah Indonesia harus berkomitmen untuk melayani keadilan bagi buruh Indonesia, bukan kepentingan perusahaan.

Salah satu hal yang paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencegah ketidakadilan pada buruh industri pakaian ini terjadi adalah dengan mengasah kepekaan kita terhadap latar belakang perusahaan dari pakaian bermerek yang akan kita beli.

Lebih dari sekedar mengikuti tren, kita harus melihat pakaian yang kita gunakan sebagai perwujudan prinsip kita. Ketika kita akan menghadapi pakaian bermerek di lain waktu, kita harus lebih sadar akan kondisi dan kesejahteraan buruh di belakang merek-merek pakaian yang kita gunakan. Sebagai konsumen, kita mampu membangun kesadaran yang lebih baik terhadap masalah ini dengan menyesuaikan pilihan konsumsi kita dengan pengetahuan mengenai realitas yang dihadapi buruh industri pakaian.

Mudah-mudahan suatu hari, industri pakaian dengan merek maha-prestis mereka mampu mengubah perspektif mereka yang hanya melihat kaum buruh sebagai angka dan variabel pada laporan laba bisnis mereka.

FashionKorea-Shop, surga para pecinta fashion Korea

Ada banyak toko online yang menjual produk fashion ala Korea. Salah satunya adalah FashionKorea-Shop.com.

BERITA TERKAIT
7 Ide bisnis cocok bagi generasi milenial yang ingin berwirausaha
5 Bisnis ini cocok untuk remaja jadi pengusaha muda
Jins Levi's tua ini laku Rp 1,4 miliar, kenapa begitu istimewa?

FashionKorea-Shop adalah toko online yang menyediakan produk fashion korea dengan berbagai model yang sedang menjadi tren saat ini. Produk-produk fashion yang tersedia di FashionKorea-Shop antara lain baju, tas, aksesori dan yang lainnya.

Produk FashionKorea-Shop terbagi menjadi dua kategori produk, yakni produk Ready Stock dan produk Pre Order. FashionKorea-Shop melayani pemesanan produk secara retail dan juga menawarkan program reseller.

Produk-produk FashionKorea-Shop tersebut dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Produk FashionKorea-Shop dijual dengan harga mulai dari Rp 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Harga tersebut bervariasi tergantung jenis dan merek produk yang dipilih.

Situs FashionKorea-Shop didesain dengan tampilan yang sederhana, sehingga mudah untuk dijelajahi. Informasi yang tercantum dalam situs FashionKorea-Shop juga cukup lengkap, mulai dari katalog produk hingga info reseller.

Tertarik untuk berbelanja di FashionKorea-Shop? Klik link berikut ini. [fra]

Fashion Show di Catwalk Tertinggi di Dunia

Kompas.com - Dunia fashion selalu punya cara untuk menampilkan sesuatu yang baru. Bukan hanya soal desain busana saja, tapi juga tempat untuk memperagakan busana itu sendiri. Misalnya dengan membuat panggung catwalk di atas lembah Grand Canyon yang menjadi catwalk tertinggi di dunia.

Pada awal November ini, dalam peragaan busana J Autumn Show para model tampil di catwalk yang berada di ketinggian sekitar 1.200 meter. Tak pelak ini merupakan catwalk tertinggi di dunia.

Untuk menyaksikan fashion show ini, tamu-tamu undangan duduk di berlawanan dengan skywalk tempat para model memperagakan busana sehingga para tamu langsung menghadap ke ngarai dan pegunungan Grand Canyon. Para model pun seolah sedang berjalan di atas awan.

Kombinasi antara pemandangan Grand Canyon yang eksotis, skywalk kaca transparan dan juga baju-baju indah yang ditampilkan membuat fashion show tersebut dinilai sebagai peragaan busana paling indah di bumi.

Unsur lain yang membuat acara tersebut sangat indah adalah pantulan dari kristal, bordir, sutra, dan siluet gaun-gaun yang sempurna terpantul di kaca catwalk, dipadu oleh pendaran sinar matahari sore.

Desainer yang ambil bagian dalam peragaan busana tersebut berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan juga Asia.

Produksi acara ini dipersiapkan kurang dari 60 hari sejak Jessica Minh Anh, kreator, mendapatkan ijin eksklusif dari Grand Canyon Resort Corporation untuk menyelenggarakan fashion show di sana.

"Kami bekerja siang dan malam untuk memastikan para klien dan juga wartawan di 40 negara memberikan respon undangan kami. Ini adalah tanggung jawab besar dan saya merasa sangat bangga bisa melakukannya," kata Jessica.

Ini bukanlah kali pertama Jessica membuat catwalk yang fenomenal. Direktur dari J Model Management ini dianggap telah membuat standar baru dalam fashion show modern dengan mengerjakan 3 show pertahun di berbagai benua berbeda.

Peragaan busana fenomenal yang pernah dibuatnya antara lain catwalk pertama di menara London's Tower Brige dan menara kembar Petronas, Malaysia, catwalk mengapung di Seine River, Paris, dan catwalk pertama di anjungan di atas gedung Costa Atlantica Dubai.

Setelah mengapung di air dan peragaan busana di atas langit, kita tunggu apa lagi yang akan dilakukan Jessica selanjutnya.

Fashion Paper Doll kembangkan minat anak muda

Sabtu, (6/10), sebuah sekolah fashion terkemuka di Surabaya menggelar workshop bertema Fashion Paper Doll di Malang. Mungkin tak banyak yang tahu tentang perkembangan fashion di Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur.

BERITA TERKAIT
Jins Levi's tua ini laku Rp 1,4 miliar, kenapa begitu istimewa?
Kemendag wadahi desainer kembangkan potensi lewat Good Design Indonesia 2018
Strategi industri fesyen jadikan Indonesia kiblat fesyen muslim dunia

Ternyata, respon masyarakat Malang cukup besar terhadap perkembangan fashion tanah air. Tercatat lebih dari 30 peserta antusias mengikuti workshop, yang kebanyakan diminati oleh siswa SMA atau SMK.

"Mereka yang datang kesini punya pasion besar terhadap fashion dan memang niat melanjutkan pendidikan kesana," kata Alin, perwakilan Arva school of fashion kepada Merdeka.com, (6/10).

Bagi Anda yang sering berkunjung ke Surabaya, nama Arva mungkin terdengar cukup familiar. Pasalnya, sekolah fashion yang berdiri sejak tahun 1989 ini telah melahirkan banyak fashion designer lho.

Bermarkas di Surabaya, kini Arva membuka cabang baru di Malang dengan menggandeng Quinna, sekolah fashion pertama di Malang.

"Kita jadi semakin pede untuk melebarkan sayap di dunia fashion. Kalau bukan kita, siapa lagi," tandas Hermina Andreyani, pendiri Quinna school of fashion design.

Nah, kira-kira, apa sih tanggapan dari peserta workshop fashion paper doll?

Vania, SMA St. Yusuf: "Fashion itu bisa mengubah sesuatu yang biasa jadi luar biasa. Dan, apa yang kita desain menggambarkan diri kita sendiri."

Bagi Anda yang suka fashion dan bercita-cita menjadi fashion desainer, teruslah berlatih dan menambah wawasan. Semangat! [des]

Fashion Met Gala 2017 semakin 'gila' daripada tahun-tahun sebelumnya

Gala dinner Metropolitan Museum of Art's Costume Institute alias Met Gala kembali hadir. Acara makan malam yang selalu menghadirkan suguhan fashion paling berwarna sepanjang tahun itu kembali diadakan pada hari Senin pertama bulan Mei.

BERITA TERKAIT
Jins Levi's tua ini laku Rp 1,4 miliar, kenapa begitu istimewa?
Kemendag wadahi desainer kembangkan potensi lewat Good Design Indonesia 2018
Strategi industri fesyen jadikan Indonesia kiblat fesyen muslim dunia

Tema yang diusung Met Gala kali ini adalah Comme des Garcons: Art of the In-Between. Tema ini merupakan penghormatan terhadap Rei Kawabuko, desainer kelahiran Jepang sekaligus pendiri Comme des Garcons yang terkenal dengan konsep anti-fashion.

Lalu siapa selebriti yang paling berhasil mengusung tema ini dalam busana yang mereka kenakan? Rupanya Rihanna dan Katy Perry adalah juaranya. Kedua penyanyi cantik ini mengenakan gaun merah dengan desain yang luar biasa unik.

Katy Perry di Met Gala 2017. 2017 REUTERS

Katy Perry di Met Gala 2017. 2017 REUTERS

Katy Perry mengenakan gaun merah dengan cadar tembus pandang karya John Galliano untuk Maison Martin Margiela. Fokus penampilannya terletak pada hiasan kepala yang penuh ornamen. Disertai tulisan 'witness' yang terpampang di depan wajah Katy dan sepasang cermin di kedua sisi kepalanya.

Rihanna di Met Gala 2017. 2017 REUTERS

Rihanna di Met Gala 2017. REX/Shutterstock

Sementara Rihanna mengenakan busana dari koleksi musim gugur 2016 Comme des Garcons. Sang perancang mendeskripsikan gaun tersebut sebagai perwujudan 'punk pada abad 18'.

Baik RiRi maupun Katy dipuji netizen karena dianggap merepresentasikan konsep anti-fashion Kawabuko dengan sempurna. [tsr]

Fashion Korea dan Jepang di Sanfashions

Fashion Jepang dan Korea kini sedang populer dan seringkali menginspirasi penampilan sebagian besar orang. Sanfashions.com hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

BERITA TERKAIT
7 Ide bisnis cocok bagi generasi milenial yang ingin berwirausaha
5 Bisnis ini cocok untuk remaja jadi pengusaha muda
Puncak Ramadan Ekstra 25 Mei, transaksi Tokopedia setara akumulasi lima tahun

Toko online ini menjual baju wanita yang mengikuti fashion Korea dan Jepang. Produk yang dijual diimpor langsung dari supplier terpercaya dan berkualitas di China. Situs ini menjual dress, blouse, pants, long dress, cardigan, skirt, serta fashion bag untuk melengkapi penampilan.

Situs dari toko online ini menyediakan katalog produk yang dikelompokkan dalam berbagai kategori. Selain menurut jenis produk, terdapat kategori mengenai stock barang terbaru sampai produk yang telah terjual habis.

Sanfashions.com melayani pemesanan melalui situs dengan menyediakan shopping cart. Bagi yang belum pernah menggunakan layanan ini tidak perlu khawatir, karena terdapat panduan yang jelas mengenai cara penggunaannya.

Toko fashion Jepang dan Korea ini menerima pembelian secara eceran maupun grosir. Tentunya untuk pembelian dalam jumlah banyak akan mendapatkan potongan harga. Semakin banyak produk yang dibeli, semakin besar potongan harga yang didapatkan.

Sanfashions berdiri sejak tahun 2009 dan memulai usahanya dengan menjual baju wanita melalui Facebook. Sekarang, toko ini telah menambah jenis produknya dengan menjual tas berkualitas. [sny]