Ada banyak cara untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Salah satunya adalah dengan membeli barang-barang bermerek. Barang-barang dengan merek tersebut tentunya selalu dibandrol dengan harga yang tinggi. Akhirnya, masyarakat seringkali mengambil jalan pintas dengan membeli versi palsu dari merek tersebut agar tetap terlihat bergaya.
Terlepas dari label fashion crime yang diberikan oleh para insan penggerak dunia mode pada orang-orang yang melakukan kesalahan berpakaian hingga terlihat aneh, apa kalian tahu bahwa sebenarnya membeli barang KW adalah perbuatan yang melampaui fashion crime?
Pemalsuan Merek adalah Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atau dalam bahasa Inggrisnya Intellectual Property Rights adalah hukum yang mengatur tentang hak paten, cipta, dan merek dagang. Tertuang baik dalam hukum internasional maupun hukum nasional Indonesia, hukum ini bertujuan menghargai hasil karya segala kreativitas manusia dan mencegah kerugian yang bisa ditimbulkan dari aktivitas pembajakan maupun plagiasi.
Meskipun pemakaian merek palsu di Indonesia saat ini marak dan masih dilindungi impunitas dari hukum, bukan berarti perbuatan itu bisa dibenarkan. Di Singapura dan beberapa negara di Eropa, apabila kamu ketahuan membawa tas palsu, oleh petugas imigrasi bandara tas kamu akan disita atau kamu akan mendapat surat peringatan dari petugas butik resminya.
Memalsukan merek juga dinilai melanggar hak asasi pencipta. Karena dalam Deklarasi Unversal Hak Asasi Manusia pasal 27 berbunyi bahwa, everyone has the right to the protection of the moral and material interests resulting from any scientific, literary or artistic production of which he is the author Semua orang berhak mendapatkan hak proteksi moral dan material bagi hasil dari yang mereka ciptakan, karena mereka adalah penciptanya.
Perdagangan Merek Palsu Melibatkan Jaringan Teroris
Selama ini, yang masyarakat tahu bahwa perdagangan merek palsu hanya melibatkan pedagang skala kecil dan menengah. Kenyataannya, jaringan teroris juga ikut terlibat dalam perdagangan merek palsu. Interpol pernah memberikan peringatan soal adanya keterlibatan jaringan terorisme atau kelompok militan pada publikasi mereka di tahun 2003.
Pada peristiwa Bom Kereta di Madrid, Spanyol, di tahun 2004, pihak berwenang Italia menemukan bahwa pelaku pengeboman mendapatkan sokongan dana dari bisnis perdagangan barang bajakan dan merek palsu. Lalu kepolisian Amerika Serikat sempat menggerebek salah satu pabrik pembuat barang bajakan di Los Angeles, dan dari situ kepolisian AS menemukan fakta bahwa hasil penjualan barang bajakan yang dibuat oleh pabrik tersebut disalurkan ke kelompok Hizbullah di Libanon.
Dalam wawancara yang dipublikasi di media Perancis Le Monde, Pierre de Bousquet de Florian (Kepala Direktorat Pengawasan Teritorial Perancis) mengatakan bahwa selama ini kelompok teroris dari Afghanistan mendapatkan sokongan dana dari kegiatan kriminal yang berupa perampokan, pemalsuan kartu kredit, serta pemalsuan merek-merek desainer.
Pabrik Pembuat Merek Palsu Juga Merekrut Pekerja Di Bawah Umur
Sebagian besar barang bajakan di dunia diproduksi di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, salah satu negaranya adalah Cina. Pekerja yang direkrut oleh pabrik barang bajakan dan merek palsu seringnya adalah pekerja yang masih dibawah umur (Pemerintah Cina mematok aturan untuk pekerja penuh waktu minimal berumur 16 tahun). Kondisi tempat mereka bekerja pun juga memprihatinkan.
Selain itu, mereka juga mendapatkan upah dibawah UMR (Upah Menengah Regional), para buruh cilik tersebut terpaksa bekerja di pabrik untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Dalam reportase yang dipublikasikan oleh Harpers Bazaar, buruh cilik yang biasanya direkrut adalah mereka yang masih berumur dibawah 10 tahun. Para mandornya pun juga bersikap semena-mena terhadap mereka memberikan hukuman fisik bagi mereka yang dianggap bekerja dengan tidak benar.
Bagaimana dengan Perdagangan Merek Palsu di Indonesia?
Di Indonesia sendiri, perdagangan barang bajakan dan merek palsu juga marak. Bahkan, Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan pelanggaran hak cipta terburuk oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat. Tas dengan merek palsu pun dengan mudah bisa masuk ke dalam pusat perbelanjaan besar.
Di Jakarta, pusat perdagangan merek palsu berada di Mangga Dua dan Glodok. Pemerintah DKI mulai mengambil tindakan untuk masalah ini. Tahun 2013, ketika Joko Widodo masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, beliau mengeluarkan Dekrit Gubernur untuk memberi peringatan kepada setiap pusat perbelanjaan agar menghormati hak kekayaan intelektual dengan tidak dengan tidak mengijinkan vendor mereka memperdagangkan barang bajakan.
Apabila hal itu tetap terjadi, maka izin Pusat perbelanjaan tersebut akan dicabut. Sayangnya, meski Dekrit Gubernur tersebut sudah dikeluarkan, masih banyak barang bajakan yang dijual di Pusat Perbelanjaan di Jakarta.
Dengan Tidak Membeli Merek Palsu, Kamu Menghargai Dirimu Sendiri
Para pengrajin dan desainer yang menciptakan merek-merek yang dipalsukan berhak mendapatkan apresiasi yang pantas dari kita. Mereka telah bersusah payah untuk menciptakan karya dengan kualitas dan nilai estetika yang tinggi. Kamu juga gak mau kan ketika kamu menghasilkan suatu karya, ada orang lain yang seenaknya menyontek ciptaan kamu sehingga keuntungan hasil penjualannya gak bisa kamu nikmati?
Dengan kamu membeli barang yang asli, itu artinya kamu menghargai diri sendiri. Uang yang kamu dapatkan dari kerja keras yang halal tidak sia-sia karena membeli merek palsu yang jelas-jelas merupakan produk dari usaha kriminal yang dilarang undang-undang. Kalau ada merek mahal yang kamu taksir, lebih baik kamu tabung penghasilan kamu lalu beli merek mahal yang kamu suka setelah uangnya terkumpul.
Harga tinggi yang diberikan ke produk mereka tidak diberikan secara sembarangan, karena produk mereka dibuat dengan ketelitian yang tinggi serta dari bahan-bahan yang berkualitas. Louis Vuitton, misalnya, tidak mau menjual produknya yang cacat walaupun dengan harga diskon sekalipun. LV memiliki kebijaksanaan untuk memusnahkan barang mereka yang cacat, bukan menjualnya dengan harga diskon. Hal ini dilakukan karena LV ingin menjaga kualitas dan image dari brand-nya.
Selain itu, nilai sejarah juga menjadi faktor mengapa produk mereka mahal. Contohnya saja, Hermes seri Kelly Bag yang terkenal karena dipakai Putri Grace Kelly dari Monako untuk menutupi perutnya agar para paparazzi tidak melihat kehamilannya. Ada juga Hermes seri Birkin Bag, yang terinspirasi dari keluhan Jane Birkin, artis kelahiran Inggris yang terkenal di Prancis, tentang susahnya mendapatkan tas yang praktis tapi tetap stylish.
Alternatif Dari Membeli Merek Palsu
Tanpa membeli barang palsu, kamu pun masih bisa bergaya dengan barang bagus dengan harga yang terjangkau. Kamu bisa mencoba berbagai alternatif yang Hipwee sebut di bawah ini:
Beli Produk Lokal
Sekarang sudah banyak merek-merek lokal yang tidak kalah bagus dengan merek-merek mahal dari luar negeri. Harganya pun beragam dan lebih terjangkau. Desainnya pun juga beragam dan lebih unik:
Beli Barang Asli saat Diskon Tengah Tahun Atau Akhir Tahun
Beberapa merek bagus sering memotong hingga setengah harga saat tengah tahun atau akhir tahun misalnya saja Elle, Guess, atau Andrews. Diskon yang diberikan pun nggak main-main: biasanya dalam potongan yang besar mulai dari 50% hingga 70%. Artinya, tas yang mulanya berharga Rp 1.000.000,00 bisa jadi Rp 300.000,00 setelah diskon. Terjangkau banget, kan?
Setelah kamu tahu soal fakta-fakta dibalik merek palsu, apa kamu masih mau membelinya? Mulai hargai diri sendiri dan orang lain dengan hanya membeli merek-merek asli, yuk!
Advertisement
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
Belum Bisa Beli Barang Mahal Tapi Mau Tampil Elegan? Ikuti 9 Cara Gampang Ini Aja!
3 Alasan Kenapa Kacamata dengan Frame Kayu Itu Keren
Kalau Memang Belum Mampu Beli Barang Branded, Nggak Usah Maksain Beli Barang KW Bisa?
5 Kesalahan Terbesar yang Sering Orang-orang Bermata Minus Lakukan. Pengen Sembuh? Berubahlah!
Soal Kenyamanan, Merk Boleh Jadi Prioritas Kesekian. Stop Merendahkan Diri Menggunakan Barang KW dan Imitasi
Kaum Urban Jakarta, Dari Makan di Warteg Sampai Nonton Fashion Show
Jakarta memang penuh kontradiksi, di satu sisi ibukota negara ini seringkali dipuja sebagai kota tujuan utama para pencari kerja tapi di sisi lain digambarkan sebagai momok kehidupan yang chaos, keras, berbahaya dan sarat akan ancaman. Orang bilang Jakarta macet, memang iya. Orang bilang Jakarta adalah kota yang hawanya panas, tidak salah lagi, bahkan bakal nggak bisa bertahan hidup tanpa AC atau minimal ada fan. Namun Jakarta tetap menjadi kota yang memorable, segala macam rupa cerita perjuangan hidup orang seolah nampak di depan mata. Semua itu dibalut oleh sudut-sudut kota yang menjulang yang menampilkan keperkasaan serta kemegahan.
1. Macet, Telat Ngantor dan Bentrok
Kemacetan via http://www.youtube.com
Kejadian ini aku alami sekaligus dalam satu waktu. Ceritanya itu adalah hari pertama masuk kantor saat masa magang di Jakarta. Karena belum mendapat kost, aku pun menginap di rumah saudara di kawasan Jakarta Timur, sementara kantor tempatku magang berada di wilayah Jakarta Selatan. Akhirnya perjalanan ke kantor hari itu kutempuh dengan naik kopaja. Sebenarnya memang tidak begitu jauh jaraknya tapi barangkali aku agak kesiangan sehingga tidak dapat terhindar dari kemacetan. Kemacetan parah justru terjadi di kawasan yang sangat dekat dengan kantor dan itu momen dimana rasanya ingin turun saja dari kopaja lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Apalagi waktu mengisyaratkan bahwa aku sudah terlambat sepuluh menit dari jam masuk yang ditetapkan kantor.
Sesaat setelah perasaan gundahku, muncul lah kejadian dimana pengendara sepeda motor memukul kaca jendela kopaja yang kutumpangi hingga pecah, posisinya tepat di bangku depanku. Meski dibalut perasaan shock, aku bersyukur karena bangku tersebut tidak jadi kududuki. Kurang jelas apa yang menjadi duduk masalahnya sebab yang dapat kudengar hanyalah kejadian saling maki antara pengendara sepeda motor dengan kondektur kopaja. Seketika, kuurungkan niat untuk turun dari kopaja sebelum diantarkan sampai tujuan.
2. Kecopetan di Kopaja
Pencopet via http://beritasatu.com
Sadar atau tidak sadar, bahaya dapat mengancam seseorang dimana pun orang itu berada, terutama di kendaraan umum dimana orang saling berdesakan dan tidak saling notice dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Kecopetan di kendaraan umum, ini bisa jadi terjadi tidak hanya di Jakarta namun saat itu memang sialnya aku mengalaminya di tempat tersebut. Masih bercerita tentang kopajaaku memang pelanggan setia kopaja selama berada di Jakarta. Walaupun sempat naik busway beberapa kali dan juga sempat naik Go-Jek namun entah kenapa kopaja terasa efektif untuk ditumpangi saat berangkat ke kantor.
So far, aku masih percaya bahwa kopaja cukup aman untuk ditumpangi sampai pada suatu kejadian kecopetan menimpaku yang akhirnya mulai menggeser keyakinan itu. Kejadiannya terjadi sepersekian detik, bahkan sampai aku tidak menyadari bahwa dompetku telah hilang pada saat di kopaja. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kejahatan, apalagi saat itu penumpangnya juga tidak ramai sehingga sangat memungkinkan jika berulah di dalam kopaja tersebut bakal ketahuan lalu menjadi sasaran massa. Namun rupanya pencopetnya cukup lihai, sampai-sampai tidak meninggalkan jejak pada tas yang berisi dompetku itu, ia mengambilnya dengan sangat rapi.
3. Tetangga Kos Ditemukan Tewas di Kamar
Kematian via http://news.okezone.com
Hidup penuh dengan kejutan selama berada di Jakarta. Kabar duka tiba-tiba menyelinap sore itu, ketika senja mulai menggelap dan tepatnya sesaat setelah aku pulang dari kantor. Jalan gang kostan telah dipenuhi warga kampung yang menyaksikan evakuasi jenazah seorang pria yang ditemukan tewas di dalam kamar kostnya. Tidak ada tanda-tanda pembunuhan tapi tetap mencurigakan.
Aku merasa bahwa kematian begitu dekat dengan hidup seseorang saat berada di kota ini. Kematian tidak hanya disebabkan oleh ulah jahat orang lain tapi juga karena depresi atau penyakit yang diderita orang tersebut. Bagaimana tidak, tuntutan hidup yang tinggi terkadang tidak diimbangi dengan pola hidup yang tinggi pula. Terutama kaum urban yang rela hidup di rumah-rumah, kost atau kontrakan yang ala kadarnya, tanpa memedulikan keamanan dan kesehatan dirinya.
4. Hidup Hemat dengan Makanan Warteg
Pedagang Warteg via http://tempo.co
Sebagian tempat makan di Jakarta menetapkan harga yang kurang realistis kalau kubandingkan dengan harga makanan di daerah lain di Pulau Jawa. Satu-satunya tempat andalan yang dapat mengisi perut dengan kenyang namun harganya rasional adalah warteg. Untungnya tempat makan ini menjamur di ibukota, terutama di gang-gang kostan. Momok harga makanan yang konon katanya bisa dua hingga tiga kali lipat dari daerah asal pun terpatahkan oleh warteg-warteg ini. Jujur, kehadiran warteg sangat membantu para kaum urban yang mau berhemat soal makan. Meski begitu, harus tetap cermat memilih makanan di warteg, alih-alih mau berhemat malah bisa sakit perut jika masakan yang dimakan kurang higenis.
5. Berkesempatan Menyaksikan Jakarta Fashion Week
Jakarta Fashion Week via http://m.looks.co.id
Sebagai kaum urban yang tidak bakal menetap lama di Jakarta, menyaksikan event-event seru di ibukota akan menjadi kesenangan tersendiri. Aku pun juga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berjalan-jalan, mengunjungi tempat berbeda-beda tiap minggunya, ya literally tiap akhir pekan sebab cuma dua bulan di kota ini. Hidup produktif selama hari kerja membuatku butuh melepas penat di hari Sabtu atau Minggu.
Jakarta memang menawarkan banyak pilihan untuk cuci mata, apalagi bagi yang berkantong tebal. Namun menyaksikan hiburan gratis juga tidak kalah asyik. Lalu perhatianku pun terpusat pada event Jakarta Fashion Week. Awalnya aku sempat berpikir ini adalah pertunjukan yang bisa ditonton free oleh siapa pun tapi rupanya tidak. Yaaaa, at least sudah merasakan euforia perhelatan fashion terbesar ibukota itu dari luar saja.
Advertisement
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
Lelahmu Itu Belum Seberapa, Jika Dibandingkan dengan Rutinitas Pegawai Jakarta Setiap Harinya!
Dari Tegal Sampai Mendunia, Ini 15 Fakta Unik Tentang Warteg yang Orang Indonesia Harus Tahu
Hai, Kamu yang Baru Punya Penghasilan. Masih Rela Bokek Demi Gaya Hidup Kekinian?
Wisata Kuliner Jakarta Ini Sudah Terkenal Lezatnya, Yakin Masih Gak Mau Coba?
Intip 9 Label Lokal Ini Pamerkan Gaya Busana Andalannya dalam Trunk Show Social Fashion Darling
1. Macet, Telat Ngantor dan Bentrok
Kemacetan via http://www.youtube.com
Kejadian ini aku alami sekaligus dalam satu waktu. Ceritanya itu adalah hari pertama masuk kantor saat masa magang di Jakarta. Karena belum mendapat kost, aku pun menginap di rumah saudara di kawasan Jakarta Timur, sementara kantor tempatku magang berada di wilayah Jakarta Selatan. Akhirnya perjalanan ke kantor hari itu kutempuh dengan naik kopaja. Sebenarnya memang tidak begitu jauh jaraknya tapi barangkali aku agak kesiangan sehingga tidak dapat terhindar dari kemacetan. Kemacetan parah justru terjadi di kawasan yang sangat dekat dengan kantor dan itu momen dimana rasanya ingin turun saja dari kopaja lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Apalagi waktu mengisyaratkan bahwa aku sudah terlambat sepuluh menit dari jam masuk yang ditetapkan kantor.
Sesaat setelah perasaan gundahku, muncul lah kejadian dimana pengendara sepeda motor memukul kaca jendela kopaja yang kutumpangi hingga pecah, posisinya tepat di bangku depanku. Meski dibalut perasaan shock, aku bersyukur karena bangku tersebut tidak jadi kududuki. Kurang jelas apa yang menjadi duduk masalahnya sebab yang dapat kudengar hanyalah kejadian saling maki antara pengendara sepeda motor dengan kondektur kopaja. Seketika, kuurungkan niat untuk turun dari kopaja sebelum diantarkan sampai tujuan.
2. Kecopetan di Kopaja
Pencopet via http://beritasatu.com
Sadar atau tidak sadar, bahaya dapat mengancam seseorang dimana pun orang itu berada, terutama di kendaraan umum dimana orang saling berdesakan dan tidak saling notice dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Kecopetan di kendaraan umum, ini bisa jadi terjadi tidak hanya di Jakarta namun saat itu memang sialnya aku mengalaminya di tempat tersebut. Masih bercerita tentang kopajaaku memang pelanggan setia kopaja selama berada di Jakarta. Walaupun sempat naik busway beberapa kali dan juga sempat naik Go-Jek namun entah kenapa kopaja terasa efektif untuk ditumpangi saat berangkat ke kantor.
So far, aku masih percaya bahwa kopaja cukup aman untuk ditumpangi sampai pada suatu kejadian kecopetan menimpaku yang akhirnya mulai menggeser keyakinan itu. Kejadiannya terjadi sepersekian detik, bahkan sampai aku tidak menyadari bahwa dompetku telah hilang pada saat di kopaja. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kejahatan, apalagi saat itu penumpangnya juga tidak ramai sehingga sangat memungkinkan jika berulah di dalam kopaja tersebut bakal ketahuan lalu menjadi sasaran massa. Namun rupanya pencopetnya cukup lihai, sampai-sampai tidak meninggalkan jejak pada tas yang berisi dompetku itu, ia mengambilnya dengan sangat rapi.
3. Tetangga Kos Ditemukan Tewas di Kamar
Kematian via http://news.okezone.com
Hidup penuh dengan kejutan selama berada di Jakarta. Kabar duka tiba-tiba menyelinap sore itu, ketika senja mulai menggelap dan tepatnya sesaat setelah aku pulang dari kantor. Jalan gang kostan telah dipenuhi warga kampung yang menyaksikan evakuasi jenazah seorang pria yang ditemukan tewas di dalam kamar kostnya. Tidak ada tanda-tanda pembunuhan tapi tetap mencurigakan.
Aku merasa bahwa kematian begitu dekat dengan hidup seseorang saat berada di kota ini. Kematian tidak hanya disebabkan oleh ulah jahat orang lain tapi juga karena depresi atau penyakit yang diderita orang tersebut. Bagaimana tidak, tuntutan hidup yang tinggi terkadang tidak diimbangi dengan pola hidup yang tinggi pula. Terutama kaum urban yang rela hidup di rumah-rumah, kost atau kontrakan yang ala kadarnya, tanpa memedulikan keamanan dan kesehatan dirinya.
4. Hidup Hemat dengan Makanan Warteg
Pedagang Warteg via http://tempo.co
Sebagian tempat makan di Jakarta menetapkan harga yang kurang realistis kalau kubandingkan dengan harga makanan di daerah lain di Pulau Jawa. Satu-satunya tempat andalan yang dapat mengisi perut dengan kenyang namun harganya rasional adalah warteg. Untungnya tempat makan ini menjamur di ibukota, terutama di gang-gang kostan. Momok harga makanan yang konon katanya bisa dua hingga tiga kali lipat dari daerah asal pun terpatahkan oleh warteg-warteg ini. Jujur, kehadiran warteg sangat membantu para kaum urban yang mau berhemat soal makan. Meski begitu, harus tetap cermat memilih makanan di warteg, alih-alih mau berhemat malah bisa sakit perut jika masakan yang dimakan kurang higenis.
5. Berkesempatan Menyaksikan Jakarta Fashion Week
Jakarta Fashion Week via http://m.looks.co.id
Sebagai kaum urban yang tidak bakal menetap lama di Jakarta, menyaksikan event-event seru di ibukota akan menjadi kesenangan tersendiri. Aku pun juga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berjalan-jalan, mengunjungi tempat berbeda-beda tiap minggunya, ya literally tiap akhir pekan sebab cuma dua bulan di kota ini. Hidup produktif selama hari kerja membuatku butuh melepas penat di hari Sabtu atau Minggu.
Jakarta memang menawarkan banyak pilihan untuk cuci mata, apalagi bagi yang berkantong tebal. Namun menyaksikan hiburan gratis juga tidak kalah asyik. Lalu perhatianku pun terpusat pada event Jakarta Fashion Week. Awalnya aku sempat berpikir ini adalah pertunjukan yang bisa ditonton free oleh siapa pun tapi rupanya tidak. Yaaaa, at least sudah merasakan euforia perhelatan fashion terbesar ibukota itu dari luar saja.
Advertisement
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
Lelahmu Itu Belum Seberapa, Jika Dibandingkan dengan Rutinitas Pegawai Jakarta Setiap Harinya!
Dari Tegal Sampai Mendunia, Ini 15 Fakta Unik Tentang Warteg yang Orang Indonesia Harus Tahu
Hai, Kamu yang Baru Punya Penghasilan. Masih Rela Bokek Demi Gaya Hidup Kekinian?
Wisata Kuliner Jakarta Ini Sudah Terkenal Lezatnya, Yakin Masih Gak Mau Coba?
Intip 9 Label Lokal Ini Pamerkan Gaya Busana Andalannya dalam Trunk Show Social Fashion Darling
Kain Khas Gorontalo Dipamerkan di New York Fashion Week 2017
KOMPAS.com - Karawo, kain sulam khas Gorontalo, Sulawesi Utara, dipamerkan dalam pagelaran bergengsi New York Fashion Week (NYFW) di Crowne Plaza Times Square Manhattan New York, Amerika Serikat pada Minggu (10/9/2017).
Karawo dibawa desainer Agus Lahinta ke pekan mode tersebut. Lewat akun Instagramnya, Creative Director & Founder of Rumah Karawo ini bersyukur karyanya bisa dinikmati publik yang lebih luas.
Dalam video yang berdurasi 1 menit tersebut, Agus Lahinta merekam karya-karyanya dari belakang panggung yang tengah diperagakan para model di atas catwalk.
Part yang bikin saya terharu, campur aduk di backstage menyaksikan akhirnya Karawo Gorontalo bisa berada di panggung fashion dunia Couture New York Fashion Week 2017.
Menyaksikan bagaimana akhirnya mereka dari berbagai negara tahu itu Gorontalo, kenal (juga) dengan kain sulaman Kawaro dari Gorontalo, jadi mengenal proses pembuatannya yang rumit, mengenal obyek-obyek wisata di Gorontalo yang saya tuangkan dalam motif-motif Kawaro untuk design saya ini.
Alhamdulillah, semoga Kawaro, sulaman khas dari Gorontalo makin terkenal. Amin YRA.
Karawo merupakan bahasa Gorontalo yang artinya "sulaman dengan tangan". Orang-orang di luar Gorontalo mengenalnya dengan sebutan Kerawang.
They love Karawo and They Love Gorontalo. After the show #KarawoGoesToNewYork at Couture New York Fashion Week 2017 . . . . #rumahkarawo #karawogorontalo #gorontalo #worldfashion #indonesia | @gcjacobson @ruffryder_84
A post shared by Agus Lahinta (@aguslah) on Sep 10, 2017 at 6:13pm PDT
Kain sulam karawo memang bukan kain sulam biasa. Tingkat kesulitan membuat sulaman karawo ini tinggi serta memerlukan ketelitian dan ketekunan luar biasa untuk membuatnya. Untuk sehelai sulaman karawo berukuran 20 cm x 20 cm saja, misalnya, perlu waktu sebulan untuk menyelesaikannya.
Seni membuat Kerawang atau Karawo disebut Makarawo dan telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak masa kerajaan Gorontalo masih berjaya. Keindahan motif, keunikan cara pengerjaan, dan kualitas yang bagus membuat Kerawang atau Karawo bernilai tinggi.
Dibandingkan kain nusantara lainnya, Karawo memang kurang menggema ke seantero tanah air. Ajang New York Fashion Week ini diharapkan bisa menjadi tonggak kejayaan kain Karawo.
Karawo dibawa desainer Agus Lahinta ke pekan mode tersebut. Lewat akun Instagramnya, Creative Director & Founder of Rumah Karawo ini bersyukur karyanya bisa dinikmati publik yang lebih luas.
Dalam video yang berdurasi 1 menit tersebut, Agus Lahinta merekam karya-karyanya dari belakang panggung yang tengah diperagakan para model di atas catwalk.
Part yang bikin saya terharu, campur aduk di backstage menyaksikan akhirnya Karawo Gorontalo bisa berada di panggung fashion dunia Couture New York Fashion Week 2017.
Menyaksikan bagaimana akhirnya mereka dari berbagai negara tahu itu Gorontalo, kenal (juga) dengan kain sulaman Kawaro dari Gorontalo, jadi mengenal proses pembuatannya yang rumit, mengenal obyek-obyek wisata di Gorontalo yang saya tuangkan dalam motif-motif Kawaro untuk design saya ini.
Alhamdulillah, semoga Kawaro, sulaman khas dari Gorontalo makin terkenal. Amin YRA.
Karawo merupakan bahasa Gorontalo yang artinya "sulaman dengan tangan". Orang-orang di luar Gorontalo mengenalnya dengan sebutan Kerawang.
They love Karawo and They Love Gorontalo. After the show #KarawoGoesToNewYork at Couture New York Fashion Week 2017 . . . . #rumahkarawo #karawogorontalo #gorontalo #worldfashion #indonesia | @gcjacobson @ruffryder_84
A post shared by Agus Lahinta (@aguslah) on Sep 10, 2017 at 6:13pm PDT
Kain sulam karawo memang bukan kain sulam biasa. Tingkat kesulitan membuat sulaman karawo ini tinggi serta memerlukan ketelitian dan ketekunan luar biasa untuk membuatnya. Untuk sehelai sulaman karawo berukuran 20 cm x 20 cm saja, misalnya, perlu waktu sebulan untuk menyelesaikannya.
Seni membuat Kerawang atau Karawo disebut Makarawo dan telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak masa kerajaan Gorontalo masih berjaya. Keindahan motif, keunikan cara pengerjaan, dan kualitas yang bagus membuat Kerawang atau Karawo bernilai tinggi.
Dibandingkan kain nusantara lainnya, Karawo memang kurang menggema ke seantero tanah air. Ajang New York Fashion Week ini diharapkan bisa menjadi tonggak kejayaan kain Karawo.
JFC (Jember Fashion Carnaval) adalah Pusaka Kabupaten Jember
Sebelum membahas JFC lebih jauh, marilah kita sejenak mengenal asal usul kota jember di mana tempat saya di lahirkan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orangtua ku. pada zaman dahulu, sejak jawa timur masih banyak hutan belantara di banding dengan populasi manusia yang ada, di mana banyak manusia melakukan migrasi atau perpindahan untuk mendapatkan tempat yang strategis dan layak. Di mana ada dua kelompok yang saling menempati wilayah ini sebelum menjadi jember, kelompok pertama yaitu berasal dari suku Jawa. Jawa timur pedalaman. Seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Bojonegoro, Ponorogo dan sekitarnya. Kelompok migrasi kedua adalah Dari suku Madura. Kedua kelompok tersebut mencari tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Keduanya bertemu pada satu titik. Kelompok pertama dari suku Jawa berkata,Nang kene ae, lemahe sik jembar. Artinya, disini saja tanahnya masih luas. Kelompok kedua dari suku Madura juga berujar, Iyeh, neng dinnak beih, tananah gik jembher. Artinya, Iya disini saja, tanahnya masih luas. Begitulah awal terjadinya akulturasi. Percampuran kebudayaan. Seiring dengan berjalannya waktu, kata kata jembar dan jember berevolusi menjadi seperti yang kita tahu sekarang, JEMBER.
Dimana di kota ini sangat menyimpan banyak potensi yang sangat unik dan menarik, dimana tempat wisata buatan maupun alami yang banyak di antaranya pantai puger, pantai bandealit, pantai watu ulo, pantai pasir putih malikan (papuma), bukit samboja, tiara waterpak jember, waterboom niagara jember, taman botani jember, pemandiaan kebon agung, kawasan puncak rembangan, pemandian patemon, galaxy, air terjun tancak dan situs duplang jember. SDA yang melimpah di antaranya sektor pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, dan perikanan dan kelautan serta sektor industri di antaranya pabrik gula di semboro dan pabrik semen di puger, selain potensi pariwisata,industri dan SDA. kabupaten jember juga di bilang sebagai kota pendidikan selain surabaya dan malang universitas yang terkenal di jember yaitu : Universitas Jember, Universitas Muhammadiyah Jember, STAIN Jember, POLITEKNIK Negeri Jember, IAIN Jember, Universitas Islam Jember, Universitas Moch. Sroedji, STIE Kosgoro,IKIP PGRI Jember, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mandala Jember, Sekolah Tinggi Agama Islam Alfalah Assuniyah (Staifas) Kencong, STDI Imam Syafii, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qodiri (STAIQOD) Gebang, Akademi Kebidanan (Akbid) Bina Husada, STIKES dan AKBID Dr. Soebandi Dan Magistra Utama dan masih banyak yang perguruan tinggi lainnya. dan kebudayaan jember pun masih kental di antaranya jaranan, reog, petik laut, dan selametan, sebenarnya banyak yang ingin saya ceritakan tentang potensi yang di miliki oleh jember dan saya sangat bangga bisa lahir di kabupaten jember ini karena mempunyai masyarakat yang rukun meskipun berbeda kebudayaan dan bahasa sehingga bisa melahirkan kebudayaan-kebudayaan baru yang di sebut akultuasi. Dan meskipun sering di anggap kota rusuh, jelek dan kumuh, karena sebenarnya seseorang tidak tau apa saja rahasia yang terpendam di kabupaten tersebut ada pepatah mengatakan jangan melihat buku dari covernya saja tapi lihatlah dan cermatilah juga isinya.
Setelah saya berbicara panjang lebar tentang potensi dan latar belakang yang di miliki kota jember, sekarang mari kita telusuri tentang ikon pariwisata dan kebudayaan yang sangat mendunia di kota jember yaitu JFC (Jember Fashion Carnaval) berawal sejak 2003, yang di gagas oleh desainer indonesia Dynand Fariz di mana ia sangat termotivasi untuk mengubah anak muda jember saatnya untuk berunjuk gigi di kancah nasional maupun internasional. Dengan ide-ide Dyand Faris sejak tahun 1998, setelah dia kembali dari paris, di mana ia belajar fashion dengan memperoleh beasiswa dia memutuskan untuk membuat studio di jember. Tetapi dalam studio Dyand Faris bukan studio Konvensional, Dalam 'House of Dynand Fariz' bisa belajar gambar teknik, menjahit, make-up, daur ulang, antara keterampilan lainnya. Secara bertahap, hasil dari pakaian yang dipresentasikan di seberang jalan dari rumah. Kemudian, pergi ke alun-alun utama kota. Hari ini, presentasi ini telah menjadi karnaval nyata.
The Indonesia hanya, dengan partisipasi 600 orang yang membuat kostum mereka sendiri, berlatih kinerja mereka dan melakukan riasan sendiri, Jember Fashion Carnival merevolusi semangat kota. "Sebelumnya, saya bangga dengan kota saya dan sekarang punya banyak," kata Dynard.
Dari situlah JFC lahir sebagai acara festival tahunan, yang di selelnggarakan setiap tahun dengan tema yang berbeda-beda. Tema Extreem Imagination untuk tahun 2012 yang diusung mengikuti trend, kejadian disekitar ataupun mengambil unsur budaya suatu daerah dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu JFC adalah sebuah karnaval yang dengan peserta sekitar 600 orang berjalan menyusuri jalan sejauh sekitar 4 km. Setiap pesrta juga memiliki inovasi-inovasi unik tersendiri mulai dari desain dan bahan-bahan seperti kaleng-kaleng, pipa,gabus, kabel-kabel, barang elektronik bekas , sampah plastic, sampah dedaunan dan lain-lain. Di Jember Fashion Carnaval para peserta mampu menyulap ragam benda tersebut menjadi lebih bernilai dan menawan.Tidak sampai disitu saja,kehadiran ratusan media nasional serta internasional yang selalu tak ingin kelewatan untuk meliput disetiap tahunnya, turut memadati.
Oleh karena itu saya sangat bangga lahir di kota kecil ini selain banyak bakat-bakat yang terpendam ternyata kota kecil ini sekarang sudah menjadi banyak perhatian publik, karena adanya Jember Fashion Carnival yang setiap tahun di gelar dan banyak di saksikan oleh ribuan penonton entah itu dari pribumi maupun luar negeri, serta di liput oleh 1000 media massa dan pothogarapher nasional maupun internasional di sepanjang trotoar dan alun-alun sepanjang 4 km di jember. JFC juga memiliki JFC marching band yaitu satu"nya marching band di Indonesia dg konsep festival yang selalu mengiringi setiap penampilan JFC dalam bentuk kolosal pada saat roadshow ke berbagai kota. JFC juga pernah roadshow ke inggris,mumbay dan shanghai. JFC juga meraih prestasi international seperti meraih Best National Costume yang diikuti kurang lebih dari 48 negara di Dominica Republic, Korea selatan & Taiwan. Saya Ingin bersama JFC tampil di festival RIO DE JENAIRO BRAZIL karena karnaval RIO DE JENAIRO adalah kiblat karnaval dunia. Dan yang sangat membuat saya dan bangsa indonesia bangga dan bahagia prestasinya yang mendunia siapa sangka, dari sekedar karnaval jalanan dan dengan desain-desain baju dari bahan-bahan bekas, omplong, daun-daunan DLL, bisa menyulap seluruh dunia kagum dengan unsur seni dan estetika yang telah di tunjukan oleh anak-anak jember, di mana Jember Fashion Carnival menduduki peringkat ke empat terbaik di dunia, di bawah Amerika Serikat, Brazil dan jerman. Ini merupakan pencapaian prestasi yang sangat luar biasa. Justru itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seharusnya bisa memberikan dukungan yang lebih terhadap JFC. setidaknya pemerintah lebih aktif dan menjaga kelestarian budaya dan pariwisata yang ada di indonesia yang kaya raya ini sebelum kebudayaan kita di klaim oleh negara lain. Saya sebagai mahasiswa di sini juga turut prihatin dengan keadaan pemerintah di indonesia ini sebenarnya banyak bakat-bakat, potensi-potensi,SDA dan SDM yang terpendam di negara kita yang kaya raya ini tetapi pemerintah kurang memperhatikan hal-hal tersebut sedangkan pemerintah sekarang lebih mementingkan hal-hal pribadinya ketimbang mememintangkan kesejahteraan umum.
Dimana di kota ini sangat menyimpan banyak potensi yang sangat unik dan menarik, dimana tempat wisata buatan maupun alami yang banyak di antaranya pantai puger, pantai bandealit, pantai watu ulo, pantai pasir putih malikan (papuma), bukit samboja, tiara waterpak jember, waterboom niagara jember, taman botani jember, pemandiaan kebon agung, kawasan puncak rembangan, pemandian patemon, galaxy, air terjun tancak dan situs duplang jember. SDA yang melimpah di antaranya sektor pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, dan perikanan dan kelautan serta sektor industri di antaranya pabrik gula di semboro dan pabrik semen di puger, selain potensi pariwisata,industri dan SDA. kabupaten jember juga di bilang sebagai kota pendidikan selain surabaya dan malang universitas yang terkenal di jember yaitu : Universitas Jember, Universitas Muhammadiyah Jember, STAIN Jember, POLITEKNIK Negeri Jember, IAIN Jember, Universitas Islam Jember, Universitas Moch. Sroedji, STIE Kosgoro,IKIP PGRI Jember, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mandala Jember, Sekolah Tinggi Agama Islam Alfalah Assuniyah (Staifas) Kencong, STDI Imam Syafii, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qodiri (STAIQOD) Gebang, Akademi Kebidanan (Akbid) Bina Husada, STIKES dan AKBID Dr. Soebandi Dan Magistra Utama dan masih banyak yang perguruan tinggi lainnya. dan kebudayaan jember pun masih kental di antaranya jaranan, reog, petik laut, dan selametan, sebenarnya banyak yang ingin saya ceritakan tentang potensi yang di miliki oleh jember dan saya sangat bangga bisa lahir di kabupaten jember ini karena mempunyai masyarakat yang rukun meskipun berbeda kebudayaan dan bahasa sehingga bisa melahirkan kebudayaan-kebudayaan baru yang di sebut akultuasi. Dan meskipun sering di anggap kota rusuh, jelek dan kumuh, karena sebenarnya seseorang tidak tau apa saja rahasia yang terpendam di kabupaten tersebut ada pepatah mengatakan jangan melihat buku dari covernya saja tapi lihatlah dan cermatilah juga isinya.
Setelah saya berbicara panjang lebar tentang potensi dan latar belakang yang di miliki kota jember, sekarang mari kita telusuri tentang ikon pariwisata dan kebudayaan yang sangat mendunia di kota jember yaitu JFC (Jember Fashion Carnaval) berawal sejak 2003, yang di gagas oleh desainer indonesia Dynand Fariz di mana ia sangat termotivasi untuk mengubah anak muda jember saatnya untuk berunjuk gigi di kancah nasional maupun internasional. Dengan ide-ide Dyand Faris sejak tahun 1998, setelah dia kembali dari paris, di mana ia belajar fashion dengan memperoleh beasiswa dia memutuskan untuk membuat studio di jember. Tetapi dalam studio Dyand Faris bukan studio Konvensional, Dalam 'House of Dynand Fariz' bisa belajar gambar teknik, menjahit, make-up, daur ulang, antara keterampilan lainnya. Secara bertahap, hasil dari pakaian yang dipresentasikan di seberang jalan dari rumah. Kemudian, pergi ke alun-alun utama kota. Hari ini, presentasi ini telah menjadi karnaval nyata.
The Indonesia hanya, dengan partisipasi 600 orang yang membuat kostum mereka sendiri, berlatih kinerja mereka dan melakukan riasan sendiri, Jember Fashion Carnival merevolusi semangat kota. "Sebelumnya, saya bangga dengan kota saya dan sekarang punya banyak," kata Dynard.
Dari situlah JFC lahir sebagai acara festival tahunan, yang di selelnggarakan setiap tahun dengan tema yang berbeda-beda. Tema Extreem Imagination untuk tahun 2012 yang diusung mengikuti trend, kejadian disekitar ataupun mengambil unsur budaya suatu daerah dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu JFC adalah sebuah karnaval yang dengan peserta sekitar 600 orang berjalan menyusuri jalan sejauh sekitar 4 km. Setiap pesrta juga memiliki inovasi-inovasi unik tersendiri mulai dari desain dan bahan-bahan seperti kaleng-kaleng, pipa,gabus, kabel-kabel, barang elektronik bekas , sampah plastic, sampah dedaunan dan lain-lain. Di Jember Fashion Carnaval para peserta mampu menyulap ragam benda tersebut menjadi lebih bernilai dan menawan.Tidak sampai disitu saja,kehadiran ratusan media nasional serta internasional yang selalu tak ingin kelewatan untuk meliput disetiap tahunnya, turut memadati.
Oleh karena itu saya sangat bangga lahir di kota kecil ini selain banyak bakat-bakat yang terpendam ternyata kota kecil ini sekarang sudah menjadi banyak perhatian publik, karena adanya Jember Fashion Carnival yang setiap tahun di gelar dan banyak di saksikan oleh ribuan penonton entah itu dari pribumi maupun luar negeri, serta di liput oleh 1000 media massa dan pothogarapher nasional maupun internasional di sepanjang trotoar dan alun-alun sepanjang 4 km di jember. JFC juga memiliki JFC marching band yaitu satu"nya marching band di Indonesia dg konsep festival yang selalu mengiringi setiap penampilan JFC dalam bentuk kolosal pada saat roadshow ke berbagai kota. JFC juga pernah roadshow ke inggris,mumbay dan shanghai. JFC juga meraih prestasi international seperti meraih Best National Costume yang diikuti kurang lebih dari 48 negara di Dominica Republic, Korea selatan & Taiwan. Saya Ingin bersama JFC tampil di festival RIO DE JENAIRO BRAZIL karena karnaval RIO DE JENAIRO adalah kiblat karnaval dunia. Dan yang sangat membuat saya dan bangsa indonesia bangga dan bahagia prestasinya yang mendunia siapa sangka, dari sekedar karnaval jalanan dan dengan desain-desain baju dari bahan-bahan bekas, omplong, daun-daunan DLL, bisa menyulap seluruh dunia kagum dengan unsur seni dan estetika yang telah di tunjukan oleh anak-anak jember, di mana Jember Fashion Carnival menduduki peringkat ke empat terbaik di dunia, di bawah Amerika Serikat, Brazil dan jerman. Ini merupakan pencapaian prestasi yang sangat luar biasa. Justru itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seharusnya bisa memberikan dukungan yang lebih terhadap JFC. setidaknya pemerintah lebih aktif dan menjaga kelestarian budaya dan pariwisata yang ada di indonesia yang kaya raya ini sebelum kebudayaan kita di klaim oleh negara lain. Saya sebagai mahasiswa di sini juga turut prihatin dengan keadaan pemerintah di indonesia ini sebenarnya banyak bakat-bakat, potensi-potensi,SDA dan SDM yang terpendam di negara kita yang kaya raya ini tetapi pemerintah kurang memperhatikan hal-hal tersebut sedangkan pemerintah sekarang lebih mementingkan hal-hal pribadinya ketimbang mememintangkan kesejahteraan umum.
Jember Fashion Carnaval, kota mode a la Dynand Fariz
Kesuksesan Jember Fashion Carnaval (JFC), tak lepas dari sosok Dynand Fariz. Fariz ternyata pelopor sekaligus Presiden JFC Center. Event yang diciptakan alumnus IKIP Negeri (sekarang Universitas Negeri Surabaya(Unesa) ini, telah mengubah Kabupaten Jember menjadi kota mode layaknya Paris dan Itali.
BERITA TERKAIT
Meriahnya karnaval 'Persatuan dan Kesatuan' Desa Banjarsari, Malang
Kembali gelar karnaval, Mandiri targetkan 50 ribu pengunjung
Kekerasan seksual terhadap anak masih tinggi di Jateng
Dengan tekad dan kemauan yang kuat, Fariz mewujudkan mimpi-mimpi masa kecilnya. Sebab, pria kelahiran Desa Garahan, Kecamatan Silo, Jember ini, merasa minder dengan tempat lahirnya itu.
"Saat itu, dia menganggap Jember hanya kota kecil yang tidak memiliki keistimewaan apapun," kata Slamet, warga Semboro, Jember saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (14/10).
Kekecewaan fariz ternyata menjadi cambuk tersendiri buatnya. Dia kemudian berusaha menciptakan ide untuk merubah Jember menjadi kota mode yang sangat luar biasa.
"Kesuksesan Jember telah menjadi perhatian dunia fashion, baik nasional maupun internasional," tambahnya.
Even JFC biasanya melibatkan ratusan model yang berjalan sepanjang 3,5 kilometer di jalan utama Kota Jember. Acara yang saban tahun digelar ini ternyata mampu menarik perhatian dunia. Jember kemudian dianggap sebagai kota artistik yang sangat luar bisa. Apalagi ratusan model yang ditampilkan, bukanlah model-model profesional yang terbiasa berlenggak-lenggok di atas catwalk.
"Mereka hanyalah sekumpulan anak-anak desa dari pinggiran Kabupaten Jember dengan tingkat ekonomi yang rendah," beber Slamet.
Penampilan mereka seolah menabrak tatanan dunia fashion yang selama ini berkiblat pada keglamoran. "Anehnya, sekitar 400-an peserta itu, mampu menampilkan kreativitas yang luar biasa. Buktinya, dunia mengakui keberadaan mereka setiap tahunnya," kata Wasib, warga jember yang lain.
Sedikit demi sedikit mereka merubah Jember menjadi kota mode dan memang hal itu bukan sekadar mimpi. Kegiatan ini menjadi perbincangan di kalangan fashion internasional.
Sejak digelar pada 1 Januari 2001 silam, kini masyarakat Jember tersadar kalau kota kelahirannya semakin dikenal dunia. Wasib menambahkan, sebelum mengubah Jember menjadi kota mode bak Paris dan Itali, Fariz pernah mencoba peruntungan mengikuti program beasiswa yang disponsori sekolah mode ESMOD di Jakarta, tahun 2000 silam.
"Dan dia berhasil. Bahkan, ESMOD mengantarkannya menjadi juara lukis dunia yang digelar oleh sebuah lembaga di New Delhi dan mengubahnya jadi pelaku fashion terkenal. ESMOD juga memberi kesempatan Fariz untuk belajar di ESMOD Pusat yang ada di Paris selama tiga bulan," beber Wasib yang mengaku mengetahui cerita Fariz dari mulut ke mulut.
Sepulang dari Paris, Fariz mendirikan rumah mode yang berkiblat pada tren fashion dunia. Rumah mode yang diberi nama 'House of Dynand Fariz' itu terletak di Jember.
Ide lain Fariz yang dinilai tak masuk akan adalah karnaval fashion di mana pesertanya anak-anak muda dari desa terpencil yang tak berpengalaman di dunia fashion. Namun, ide liarnya itu, menjadi perhatian media, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Alhasil, kondisi sosiologis masyarakat Jember yang religius dan adem-ayem, tiba-tiba dikejutkan parade fashion layaknya kota-kota metropolitan. Apalagi yang diangkat tren-tren dunia.
Berbagai strategi dirancang oleh Fariz agar karnaval ini terus berjalan misalnya dengan mengajak partisipasi anak remaja. Sebab, menurut Fariz, seperti yang diceritkan Wasib dan Slamet, kaum remaja adalah makhluk pemimpi dan tugas orang dewasalah mewujudkan mimpi-mimpi itu.
"Itulah yang mendasari Fariz membentuk JFC, yang kemudian menjadi wadah bagi generasi muda untuk berkarya, berkreasi, dan menggapai mimpi. Fariz juga mampu membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa fashion," ungkap keduanya.
Sekadar diketahui, Karnaval Busana Jember atau sering disebut JFC ini, adalah sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Sebanyak 400-an peserta berkarnaval, berfashion run way and dance, di jalan utama Kabupaten Jember. Event itu, disaksikan oleh ratusan ribu penonton di kanan dan kiri jalan.
Mereka terbagi dalam delapan defile yang masing-masing defile mencerminkan tren busana kontemporer. Defile pertama adalah defile Archipelago yang mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu secara berkala seperti Jawa, Bali, Sumatera, dan seterusnya.
Defile lainnya mengangkat tema fashion yang sedang trend apakah dari suatu negara, kelompok tertentu, film, kejadian atau peristiwa global lainnya. Semua busana dibuat dalam bentuk kostum yang kesemuanya dikompetisikan untuk meraih penghargaan-penghargaan. Dan kini, JFC telah berusia 12 tahun sejak kali pertama digelar tahun 2001. [lia]
BERITA TERKAIT
Meriahnya karnaval 'Persatuan dan Kesatuan' Desa Banjarsari, Malang
Kembali gelar karnaval, Mandiri targetkan 50 ribu pengunjung
Kekerasan seksual terhadap anak masih tinggi di Jateng
Dengan tekad dan kemauan yang kuat, Fariz mewujudkan mimpi-mimpi masa kecilnya. Sebab, pria kelahiran Desa Garahan, Kecamatan Silo, Jember ini, merasa minder dengan tempat lahirnya itu.
"Saat itu, dia menganggap Jember hanya kota kecil yang tidak memiliki keistimewaan apapun," kata Slamet, warga Semboro, Jember saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (14/10).
Kekecewaan fariz ternyata menjadi cambuk tersendiri buatnya. Dia kemudian berusaha menciptakan ide untuk merubah Jember menjadi kota mode yang sangat luar biasa.
"Kesuksesan Jember telah menjadi perhatian dunia fashion, baik nasional maupun internasional," tambahnya.
Even JFC biasanya melibatkan ratusan model yang berjalan sepanjang 3,5 kilometer di jalan utama Kota Jember. Acara yang saban tahun digelar ini ternyata mampu menarik perhatian dunia. Jember kemudian dianggap sebagai kota artistik yang sangat luar bisa. Apalagi ratusan model yang ditampilkan, bukanlah model-model profesional yang terbiasa berlenggak-lenggok di atas catwalk.
"Mereka hanyalah sekumpulan anak-anak desa dari pinggiran Kabupaten Jember dengan tingkat ekonomi yang rendah," beber Slamet.
Penampilan mereka seolah menabrak tatanan dunia fashion yang selama ini berkiblat pada keglamoran. "Anehnya, sekitar 400-an peserta itu, mampu menampilkan kreativitas yang luar biasa. Buktinya, dunia mengakui keberadaan mereka setiap tahunnya," kata Wasib, warga jember yang lain.
Sedikit demi sedikit mereka merubah Jember menjadi kota mode dan memang hal itu bukan sekadar mimpi. Kegiatan ini menjadi perbincangan di kalangan fashion internasional.
Sejak digelar pada 1 Januari 2001 silam, kini masyarakat Jember tersadar kalau kota kelahirannya semakin dikenal dunia. Wasib menambahkan, sebelum mengubah Jember menjadi kota mode bak Paris dan Itali, Fariz pernah mencoba peruntungan mengikuti program beasiswa yang disponsori sekolah mode ESMOD di Jakarta, tahun 2000 silam.
"Dan dia berhasil. Bahkan, ESMOD mengantarkannya menjadi juara lukis dunia yang digelar oleh sebuah lembaga di New Delhi dan mengubahnya jadi pelaku fashion terkenal. ESMOD juga memberi kesempatan Fariz untuk belajar di ESMOD Pusat yang ada di Paris selama tiga bulan," beber Wasib yang mengaku mengetahui cerita Fariz dari mulut ke mulut.
Sepulang dari Paris, Fariz mendirikan rumah mode yang berkiblat pada tren fashion dunia. Rumah mode yang diberi nama 'House of Dynand Fariz' itu terletak di Jember.
Ide lain Fariz yang dinilai tak masuk akan adalah karnaval fashion di mana pesertanya anak-anak muda dari desa terpencil yang tak berpengalaman di dunia fashion. Namun, ide liarnya itu, menjadi perhatian media, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Alhasil, kondisi sosiologis masyarakat Jember yang religius dan adem-ayem, tiba-tiba dikejutkan parade fashion layaknya kota-kota metropolitan. Apalagi yang diangkat tren-tren dunia.
Berbagai strategi dirancang oleh Fariz agar karnaval ini terus berjalan misalnya dengan mengajak partisipasi anak remaja. Sebab, menurut Fariz, seperti yang diceritkan Wasib dan Slamet, kaum remaja adalah makhluk pemimpi dan tugas orang dewasalah mewujudkan mimpi-mimpi itu.
"Itulah yang mendasari Fariz membentuk JFC, yang kemudian menjadi wadah bagi generasi muda untuk berkarya, berkreasi, dan menggapai mimpi. Fariz juga mampu membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa fashion," ungkap keduanya.
Sekadar diketahui, Karnaval Busana Jember atau sering disebut JFC ini, adalah sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Sebanyak 400-an peserta berkarnaval, berfashion run way and dance, di jalan utama Kabupaten Jember. Event itu, disaksikan oleh ratusan ribu penonton di kanan dan kiri jalan.
Mereka terbagi dalam delapan defile yang masing-masing defile mencerminkan tren busana kontemporer. Defile pertama adalah defile Archipelago yang mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu secara berkala seperti Jawa, Bali, Sumatera, dan seterusnya.
Defile lainnya mengangkat tema fashion yang sedang trend apakah dari suatu negara, kelompok tertentu, film, kejadian atau peristiwa global lainnya. Semua busana dibuat dalam bentuk kostum yang kesemuanya dikompetisikan untuk meraih penghargaan-penghargaan. Dan kini, JFC telah berusia 12 tahun sejak kali pertama digelar tahun 2001. [lia]
Jember Fashion Carnaval 2018 Akan Angkat Budaya Asia
KUTA, KOMPAS.com Jember Fashion Carnaval (JFC) telah sukses digelar selama 16 tahun terakhir. Di tahun ke-17 pada 2018 nanti, penyelenggaraan karnaval busana tahunan ini akan mengangkat tema yang berbeda.
Pada tahun-tahun sebelumnya, tema Jember Fashion Carnaval selalu berkaitan dengan kebudayaan Indonesia. Namun, pada 2018 mendatang, Presiden Jember Fashion Carnaval, Dynand Fariz, ingin mengusung tema kebudayaan negara-negara Asia.
Temanya adalah Asia Light, jadi cahaya Asia, ujar Dynand di Kuta, Bali, beberapa waktu lalu.
BACA: Mimpi Pendiri Jember Fashion Carnaval Kalahkan Karnaval Rio de Janeiro
Dengan tema tersebut, Dynand berharap Asia dapat unggul dalam bidang apa pun dan ia memulainya melalui kebudayaan. Nantinya, para peserta Jember Fashion Carnaval akan memakai dan memamerkan berbagai kostum yang didesain sesuai kebudayaan negara-negara Asia.
Jadi saya kepenginnya Asia itu bisa menjadi cahaya dunia di bidang apa pun, terutama apalagi kita mulai di bidang budaya, kata Dynand.
ANTARA FOTO/SENO Peserta mengenakan kostum Sriwijaya saat tampil di Jember Fashion Carnaval (JFC) ke-16 di Jember, Jawa Timur, Minggu (13/8/2017). JFC ke-16 bertema Victory atau Kemenangan menampilkan delapan defile yang kostumnya pernah memenangkan kostum terbaik di sejumlah kontes dunia, seperti kostum Borobudur, Bali, dan Borneo.
Selain itu, tema Asia juga diambil mengingat gelaran Asian Games mulai 18 Agustus 2018 di Jakarta dan Palembang. Adapun Jember Fashion Carnaval 2018 rencananya digelar pada 7-12 Agustus 2018.
Jadi tahun depan itu kita mengangkat tema-tema dari negara-negara di Asia yang itu nanti kita akan kaitkan dengan Asian Games, ucap Dynand.
Selama ini, gelaran Jember Fashion Carnaval terinspirasi dari negara kepulauan Indonesia yang kaya akan budaya. Jember Fashion Carnaval juga beberapa kali mengangkat tema terkait fenomena global, seperti bencana alam, global warming, hingga isu kaum pengungsi di dunia.
Pada tahun-tahun sebelumnya, tema Jember Fashion Carnaval selalu berkaitan dengan kebudayaan Indonesia. Namun, pada 2018 mendatang, Presiden Jember Fashion Carnaval, Dynand Fariz, ingin mengusung tema kebudayaan negara-negara Asia.
Temanya adalah Asia Light, jadi cahaya Asia, ujar Dynand di Kuta, Bali, beberapa waktu lalu.
BACA: Mimpi Pendiri Jember Fashion Carnaval Kalahkan Karnaval Rio de Janeiro
Dengan tema tersebut, Dynand berharap Asia dapat unggul dalam bidang apa pun dan ia memulainya melalui kebudayaan. Nantinya, para peserta Jember Fashion Carnaval akan memakai dan memamerkan berbagai kostum yang didesain sesuai kebudayaan negara-negara Asia.
Jadi saya kepenginnya Asia itu bisa menjadi cahaya dunia di bidang apa pun, terutama apalagi kita mulai di bidang budaya, kata Dynand.
ANTARA FOTO/SENO Peserta mengenakan kostum Sriwijaya saat tampil di Jember Fashion Carnaval (JFC) ke-16 di Jember, Jawa Timur, Minggu (13/8/2017). JFC ke-16 bertema Victory atau Kemenangan menampilkan delapan defile yang kostumnya pernah memenangkan kostum terbaik di sejumlah kontes dunia, seperti kostum Borobudur, Bali, dan Borneo.
Selain itu, tema Asia juga diambil mengingat gelaran Asian Games mulai 18 Agustus 2018 di Jakarta dan Palembang. Adapun Jember Fashion Carnaval 2018 rencananya digelar pada 7-12 Agustus 2018.
Jadi tahun depan itu kita mengangkat tema-tema dari negara-negara di Asia yang itu nanti kita akan kaitkan dengan Asian Games, ucap Dynand.
Selama ini, gelaran Jember Fashion Carnaval terinspirasi dari negara kepulauan Indonesia yang kaya akan budaya. Jember Fashion Carnaval juga beberapa kali mengangkat tema terkait fenomena global, seperti bencana alam, global warming, hingga isu kaum pengungsi di dunia.
Jangan Mau Jadi Budak Fashion, Cukup Jadi Dirimu Saja
"'Buat apa jadi budak fesyen kalau ternyata membuat kamu nggak nyaman?
Seperti sudah jadi tradisi, jika Ramadan sering menjadi momen adanya trend yang selalu baru, terutama soal fashion. Kalau tidak percaya, lihat saja di toko-toko pakaian hari ini, pasti sudah terpajang padu padan pakaian yang apik nan kekinian. Ya, salah satu yang tidak bisa dipisahkan saat Ramadan, apalagi jelang Lebaran adalah soal pakaian dan segala akseseorisnya.
Kalau saya pribadi sih untungnya orang yang biasa saja dalam menghadapi fenomena tahunan ini. Tidak lalu harus menjadi seperti kebanyakan orang, tidak lalu membeli baju yang sedang banyak dikenakan. Saya orang yang cukup tahu trend apa yang sedang berkembang saja, Alhamdulilah. Kalau ada yang benar-benar cocok dengan saya, ya saya beli. Kalau saya merasa itu bukan gaya saya, ya buat apa. Sesederhana itu deh.
Sifat saya yang begini kadang membuat gemas, terutama Bapak. Kalau datang ke toko baju, Bapak sering membujuk saya mengambil baju apa saja yang saya suka, tetapi kalau nggak ada yang nyantol -maksudnya bukan saya banget--masa iya mau dibeli juga? Ya, hal ini jugalah yang membuat saya lebih senang membeli baju sendiri, pun bukan harus di bulan Ramadan saja. Jika ada yang cocok, di bulan apa saja, saya ambil.Mumpung ada yang klop, gitu lho. Toh, maksud datangnya Ramadan bukan untuk menyuruh kita membeli bajunya yang baru, tetapu meng-uprgade iman, memperbaruhi hati. #lagibener
Padahal Dea Ananda Sudah Mengingatkan
"Baju baru Alhamdulilah, tuk dipakai di hari Raya. Tak punya pun tak apa-apa. Masih ada baju yang lama."
" Ohyaaa?"
Kalau diamati dari tahun ke tahun, soal fashion, terutama soal trend pakaian yang selalu baru di bulan Ramadan nyatanya memang selalu mengalami perkembangan. Tentu, ini ada baiknya, karena fashion kita berarti terus berinovasi. Selalu ada yang di update!
Bukan soal baju saja sebenarnya, fashion berupa kerudung atau hijab juga kesetrum, ikut-ikut menggeliatnya, ada saja pembaharuan setiap Ramadan tiba. Dari jaman beberapa tahun lalu yang diputer-puter sekarang kembali pada jilbab yang simple, instan. Tentu hal semacam ini disambut para wanita muslim dong, karena kami jadi nggak kelihatan ngebosenin dan utamnya nggak ngeribetin! HAHA.
Namun sayangnya, fashion ini terkadang juga membuat kita jadi lupa diri. Bahwasanya bukan berarti kamu harus mengikuti semuanya dan jadi membeli baru,kan?Intinya sih, kamu juga harus selektif dalam memilih fashion yang ingin kamu kenakan.Apakah itu benar-benar gayamu atau kamu hanya ingin mendapat label kekinian saja? Apa kamu merasa nyaman saat memakainya? Coba deh pikirkan.
Ingat, kata-kata Mbak Dea Ananda.
Tidak perlu ikut arus, punya gaya sendiri justru lebih bagus.
Yang casual chic-ajalah! Pakaian yang nyaman dipakai, syukur-syukur classy! HAHA.
Saya memang tidak terlalu mengerti soal fashion, namun saya tahu pakaian yang nyaman saya pakai seperti apa. Pun kamu -yang tidak terlalu paham- pasti juga begitu, sebab nyaman bisa dinilai secara subjektif.
Daripada harus mengikuti arus yang kadang bukan style kita banget, lebih baik jadi dirimu sendiri. Pernah denger katanya pakaian adalah cermin kepribadian?
Yang penting Pede!
Ini sih yang juga nggak kalah penting. Percaya diri jadi salah satu hal yang harus punyai untuk menambah pancaran dalam diri. HAHA. Ya, apapun jika dilandasi dengan rasa percaya diri, pasti akan lebih greget. Kamu nggak perlu dengerin apa kata orang! Kalau kata Mbak Vivienne westwood, Confidence is best fashion accessory" So, pakailah pakaian yang menambah percaya dirimu, pakaian yang nyaman adalah salah satu pendukungnya.
"Ngapain bingung baju dan persoalan fesyen lainnnya kalau kamu lebih tahu dirimu seperti apa."
Salam,
Listhia H Rahman
Seperti sudah jadi tradisi, jika Ramadan sering menjadi momen adanya trend yang selalu baru, terutama soal fashion. Kalau tidak percaya, lihat saja di toko-toko pakaian hari ini, pasti sudah terpajang padu padan pakaian yang apik nan kekinian. Ya, salah satu yang tidak bisa dipisahkan saat Ramadan, apalagi jelang Lebaran adalah soal pakaian dan segala akseseorisnya.
Kalau saya pribadi sih untungnya orang yang biasa saja dalam menghadapi fenomena tahunan ini. Tidak lalu harus menjadi seperti kebanyakan orang, tidak lalu membeli baju yang sedang banyak dikenakan. Saya orang yang cukup tahu trend apa yang sedang berkembang saja, Alhamdulilah. Kalau ada yang benar-benar cocok dengan saya, ya saya beli. Kalau saya merasa itu bukan gaya saya, ya buat apa. Sesederhana itu deh.
Sifat saya yang begini kadang membuat gemas, terutama Bapak. Kalau datang ke toko baju, Bapak sering membujuk saya mengambil baju apa saja yang saya suka, tetapi kalau nggak ada yang nyantol -maksudnya bukan saya banget--masa iya mau dibeli juga? Ya, hal ini jugalah yang membuat saya lebih senang membeli baju sendiri, pun bukan harus di bulan Ramadan saja. Jika ada yang cocok, di bulan apa saja, saya ambil.Mumpung ada yang klop, gitu lho. Toh, maksud datangnya Ramadan bukan untuk menyuruh kita membeli bajunya yang baru, tetapu meng-uprgade iman, memperbaruhi hati. #lagibener
Padahal Dea Ananda Sudah Mengingatkan
"Baju baru Alhamdulilah, tuk dipakai di hari Raya. Tak punya pun tak apa-apa. Masih ada baju yang lama."
" Ohyaaa?"
Kalau diamati dari tahun ke tahun, soal fashion, terutama soal trend pakaian yang selalu baru di bulan Ramadan nyatanya memang selalu mengalami perkembangan. Tentu, ini ada baiknya, karena fashion kita berarti terus berinovasi. Selalu ada yang di update!
Bukan soal baju saja sebenarnya, fashion berupa kerudung atau hijab juga kesetrum, ikut-ikut menggeliatnya, ada saja pembaharuan setiap Ramadan tiba. Dari jaman beberapa tahun lalu yang diputer-puter sekarang kembali pada jilbab yang simple, instan. Tentu hal semacam ini disambut para wanita muslim dong, karena kami jadi nggak kelihatan ngebosenin dan utamnya nggak ngeribetin! HAHA.
Namun sayangnya, fashion ini terkadang juga membuat kita jadi lupa diri. Bahwasanya bukan berarti kamu harus mengikuti semuanya dan jadi membeli baru,kan?Intinya sih, kamu juga harus selektif dalam memilih fashion yang ingin kamu kenakan.Apakah itu benar-benar gayamu atau kamu hanya ingin mendapat label kekinian saja? Apa kamu merasa nyaman saat memakainya? Coba deh pikirkan.
Ingat, kata-kata Mbak Dea Ananda.
Tidak perlu ikut arus, punya gaya sendiri justru lebih bagus.
Yang casual chic-ajalah! Pakaian yang nyaman dipakai, syukur-syukur classy! HAHA.
Saya memang tidak terlalu mengerti soal fashion, namun saya tahu pakaian yang nyaman saya pakai seperti apa. Pun kamu -yang tidak terlalu paham- pasti juga begitu, sebab nyaman bisa dinilai secara subjektif.
Daripada harus mengikuti arus yang kadang bukan style kita banget, lebih baik jadi dirimu sendiri. Pernah denger katanya pakaian adalah cermin kepribadian?
Yang penting Pede!
Ini sih yang juga nggak kalah penting. Percaya diri jadi salah satu hal yang harus punyai untuk menambah pancaran dalam diri. HAHA. Ya, apapun jika dilandasi dengan rasa percaya diri, pasti akan lebih greget. Kamu nggak perlu dengerin apa kata orang! Kalau kata Mbak Vivienne westwood, Confidence is best fashion accessory" So, pakailah pakaian yang menambah percaya dirimu, pakaian yang nyaman adalah salah satu pendukungnya.
"Ngapain bingung baju dan persoalan fesyen lainnnya kalau kamu lebih tahu dirimu seperti apa."
Salam,
Listhia H Rahman
Subscribe to:
Posts (Atom)